JAKARTA - Cara kerja transmisi manual menjadi hal yang penting untuk dipahami, terutama bagi pengendara yang ingin mengoperasikan kendaraan dengan optimal.
Kendaraan sendiri sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama untuk perjalanan jarak jauh yang membutuhkan sarana transportasi yang andal.
Dalam perkembangannya, terdapat dua jenis transmisi yang umum digunakan, yaitu manual dan otomatis.
Namun, masih banyak orang yang belum sepenuhnya memahami bagaimana cara menggunakan transmisi manual dengan benar, yang sering kali mengakibatkan kesalahan saat berkendara.
Oleh karena itu, beberapa poin penting terkait transmisi manual telah dirangkum agar kamu bisa lebih memahami cara kerja transmisi manual.
Apa Itu Transmisi Manual?
Transmisi manual adalah sistem yang umum digunakan pada kendaraan bermotor, di mana pengemudi mengoperasikan kopling untuk mengatur perpindahan torsi dari mesin ke transmisi serta mengubah gigi secara manual menggunakan tuas persneling.
Dalam sistem ini, percepatan dihasilkan melalui kotak gigi yang menyediakan beberapa tingkatan kecepatan, biasanya berkisar antara tiga hingga enam gigi maju serta satu gigi mundur.
Pemilihan gigi disesuaikan dengan kondisi berkendara, seperti gigi 1 yang digunakan untuk kecepatan rendah atau jalan menanjak, sementara gigi yang lebih tinggi digunakan untuk meningkatkan kecepatan.
Mekanisme ini juga berlaku sebaliknya, di mana penurunan gigi dapat membantu pengereman lebih efektif.
Terdapat berbagai komponen yang berperan dalam pengoperasian transmisi manual, termasuk sistem perbandingan rasio gigi dan mekanisme penghubung antara tuas persneling dan transmisi. Berikut beberapa komponen utama beserta fungsinya:
-Input shaft – Menghubungkan langsung dengan kopling dan menerima putaran dari mesin.
-Counter gear and shaft – Bertugas menghasilkan perbandingan rasio gigi.
-Bearing – Mengurangi gesekan antara komponen yang bergerak.
-Gear percepatan – Berfungsi untuk menciptakan rasio perbandingan yang sesuai.
-Clutch hub – Menghubungkan putaran dari shaft ke gigi percepatan.
-Hub sleeve – Memungkinkan perpindahan putaran dari shaft ke gigi percepatan.
-Synchronizer ring – Menyamakan putaran shaft dengan gigi percepatan agar perpindahan gigi lebih halus.
Selain transmisi manual, terdapat beberapa jenis transmisi lainnya seperti transmisi otomatis, semi-otomatis, serta continuously variable transmission (CVT), yang masing-masing memiliki karakteristik dan keunggulan tersendiri dalam sistem pengoperasian kendaraan.
Susunan Gigi Percepatan
Susunan gigi percepatan pada transmisi manual dapat bervariasi tergantung pada standar yang diterapkan di masing-masing kawasan.
Kendaraan yang diproduksi di Asia umumnya memiliki konfigurasi yang berbeda dibandingkan dengan kendaraan asal Eropa, terutama dalam hal posisi gigi mundur.
Tuas transmisi pada umumnya terletak di lantai, namun ada juga model yang menempatkannya di dashboard atau pada setir, terutama untuk mobil-mobil keluaran lama.
Pada kendaraan modern, tuas transmisi lantai umumnya terdiri dari lima gigi percepatan dengan satu gigi mundur yang diberi simbol "R".
Posisi gigi mundur ini sangat krusial, karena kesalahan dalam pemindahan gigi dapat mengganggu kenyamanan dan keselamatan berkendara.
Salah satu kesalahan yang berbahaya adalah perpindahan langsung dari gigi lima ke gigi mundur, yang dapat menyebabkan kerusakan serius.
Selain itu, terdapat konfigurasi lima gigi percepatan yang biasa digunakan pada bus ringan, dengan gigi pertama yang jarang digunakan kecuali saat menghadapi tanjakan curam.
Sementara itu, pada kendaraan klasik di Amerika yang diproduksi antara tahun 1930 hingga 1950, tuas transmisi sering kali ditempatkan pada setir dengan susunan tiga gigi maju, yang dikenal dengan istilah three on three.
Beberapa model kendaraan asal Eropa dan Jepang juga menerapkan konfigurasi berbeda, yang mulai populer setelah sistem yang digunakan di Amerika mengalami perubahan.
Contoh kendaraan yang masih mempertahankan tata letak ini adalah Mitsubishi L300. Untuk sepeda motor, sistem perpindahan gigi umumnya menggunakan mekanisme pengungkit yang dioperasikan dengan kaki kiri.
Gigi pertama dapat diakses dengan menekan tuas ke bawah, sedangkan perpindahan ke gigi yang lebih tinggi dilakukan dengan mengungkitnya ke atas.
Jika pengendara ingin menurunkan kecepatan, maka gigi perlu diturunkan secara bertahap dengan menekan tuas ke bawah, mulai dari gigi lima hingga kembali ke posisi lebih rendah.
Kelebihan Transmisi Manual
1. Efisiensi bahan bakar
Kendaraan dengan transmisi manual lebih hemat bahan bakar karena mekanismenya menghubungkan mesin langsung ke kopling tanpa perantara seperti torque converter pada transmisi otomatis atau v-belt pada CVT.
Selain itu, transmisi manual tidak memerlukan pompa hidrolik seperti yang digunakan dalam sistem otomatis, sehingga energi yang terbuang lebih sedikit.
Meski demikian, perbedaan efisiensi bahan bakar antara transmisi manual dan otomatis kini semakin kecil, berkisar antara 5-15%, karena adanya teknologi locking torque converter pada transmisi otomatis.
Selain itu, karena konstruksinya lebih sederhana, transmisi manual tidak memerlukan sistem pendinginan aktif, sehingga bobotnya lebih ringan dibandingkan dengan transmisi otomatis.
2. Daya tahan
Sistem transmisi manual memiliki desain mekanis yang lebih simpel dengan jumlah komponen yang lebih sedikit dibandingkan transmisi otomatis.
Karena tidak menggunakan komponen elektrik, pompa hidrolik, atau mekanisme pendingin, transmisi manual lebih tahan lama dan tidak rentan terhadap kerusakan akibat kompleksitas sistem.
3. Biaya perawatan lebih terjangkau
Mobil dengan transmisi manual umumnya memiliki biaya perawatan yang lebih rendah dibandingkan kendaraan bertransmisi otomatis. Harga kendaraan dengan sistem transmisi manual juga cenderung lebih murah dibandingkan dengan versi otomatisnya.
4. Sistem pelumasan
Sebagian besar transmisi manual menggunakan metode splash lubrication untuk mendistribusikan oli ke berbagai komponen, meskipun beberapa model, seperti girboks pada Rover, juga dilengkapi dengan pompa oli.
5. Performa dan kontrol
Salah satu keunggulan transmisi manual adalah jumlah rasio gigi yang lebih banyak, umumnya lima hingga enam percepatan, sedangkan transmisi otomatis biasanya hanya memiliki empat gigi percepatan.
Semakin banyak rasio gigi yang tersedia, semakin efisien konsumsi bahan bakarnya karena pengemudi dapat menyesuaikan tenaga dengan kebutuhan berkendara.
6. Efektivitas pengereman mesin
Transmisi manual memiliki sistem engine brake yang lebih baik dibandingkan transmisi otomatis. Ketika pengemudi melepaskan pedal gas, mesin dapat membantu memperlambat kendaraan secara alami tanpa terlalu bergantung pada rem.
Berbeda dengan transmisi otomatis yang membutuhkan rem lebih sering untuk mengurangi kecepatan, sehingga mempercepat keausan sistem pengereman.
Cara Kerja Transmisi Manual
Perbedaan utama antara transmisi otomatis dan manual terletak pada cara perpindahan gigi. Pada mobil dengan transmisi manual, pengemudi harus mengganti gigi menggunakan persneling.
Sistem ini bekerja dengan memanfaatkan kotak gigi yang berisi beberapa tingkat percepatan, umumnya terdiri dari tiga hingga enam gigi, ditambah satu gigi mundur.
Cara kerja transmisi manual bergantung pada prinsip momen, di mana perbandingan roda gigi menentukan torsi yang sesuai dengan beban mesin saat kendaraan beroperasi.
Rasio roda gigi menjadi faktor utama yang mempengaruhi kecepatan kendaraan, karena perubahan rasio akan menghasilkan output kecepatan yang berbeda.
Sebagai contoh, ketika melalui jalan menanjak, kendaraan memerlukan torsi yang lebih besar akibat beban yang meningkat. Sebaliknya, ketika beban lebih ringan, kecepatan kendaraan bisa lebih tinggi.
Dalam sistem transmisi manual, terdapat tiga metode perpindahan gigi yang umum digunakan, yaitu sliding mesh, constant mesh, dan synchromesh.
Kesalahan Pengguna Transisi Manual
1. Menginjak Kopling Setengah-setengah
Bagi pengemudi mobil manual, memahami cara menggunakan kopling dengan benar sangat penting. Kopling berfungsi sebagai penghubung antara mesin dan transmisi, memungkinkan perpindahan tenaga secara optimal.
Saat pedal kopling diinjak sepenuhnya, aliran tenaga dari mesin akan terputus sehingga mobil tidak bisa melaju meskipun pedal gas ditekan. Sebaliknya, kopling juga berperan dalam menyesuaikan putaran mesin ketika gigi transmisi dipindahkan.
Namun, ada kebiasaan yang kerap dilakukan pengemudi, yaitu menginjak kopling hanya setengah. Kebiasaan ini bisa berdampak buruk jika dilakukan terus-menerus. Beberapa alasannya antara lain:
Dog clutch lebih cepat aus karena tekanan yang tidak stabil.
Mobil kehilangan tenaga, sulit berakselerasi, dan kesulitan menanjak.
Kopling mengalami keausan lebih cepat akibat gesekan yang terus menerus dengan flywheel, sehingga tenaga dari mesin ke transmisi menjadi tidak maksimal. Bahkan, terkadang muncul bau gosong yang menandakan adanya gesekan berlebihan.
Usia kopling menjadi lebih pendek meskipun umumnya komponennya cukup tahan lama.
Namun, bukan berarti teknik ini tidak boleh dilakukan sama sekali. Dalam kondisi tertentu, seperti saat menghadapi kemacetan di tanjakan, setengah kopling bisa digunakan untuk mencegah mesin mati mendadak.
Setelah kendaraan mulai melaju, sebaiknya pedal kopling dilepas perlahan dan kendali kecepatan dialihkan ke pedal gas. Alternatif lainnya adalah menggunakan rem tangan agar mobil tidak bergerak mundur saat berhenti di tanjakan.
Jika kopling mulai bermasalah, biasanya akan muncul beberapa tanda, seperti akselerasi yang melemah, posisi injakan kopling terasa lebih tinggi dari biasanya, getaran saat kopling dilepas, atau pedal kopling terasa lebih keras.
Jika gejala ini muncul, mengganti kampas kopling segera sangat disarankan agar tidak merusak komponen lain yang terhubung dengan sistem transmisi.
2. Kesalahan Menggantungkan Kaki di Pedal Kopling
Mengemudi mobil manual memang membutuhkan lebih banyak perhatian dibandingkan mobil otomatis.
Salah satu kebiasaan yang sering dilakukan pengemudi adalah membiarkan kaki kiri terus berada di atas pedal kopling, meskipun tidak sedang digunakan. Hal ini biasanya terjadi saat pengemudi bersiap mengganti gigi atau sekadar ingin lebih cepat bereaksi.
Namun, kebiasaan ini dapat berdampak negatif pada keselamatan berkendara. Salah satu risikonya adalah pengemudi bisa secara refleks menginjak kopling terlebih dahulu dibandingkan rem saat menghadapi situasi mendadak.
Padahal, ketika kopling diinjak tanpa rem yang cukup, laju kendaraan justru bisa meningkat sesaat sebelum benar-benar berhenti, membuat proses pengereman menjadi kurang efektif.
Selain itu, membiarkan kaki terus menekan pedal kopling, meskipun sedikit, akan mempercepat keausan kampas kopling.
Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan tenaga yang dihasilkan mesin tidak tersalurkan dengan baik, sehingga mobil terasa kurang bertenaga meskipun pedal gas diinjak dalam-dalam.
Bahkan, perpindahan gigi bisa menjadi selip, yang berpotensi merusak komponen di dalam sistem transmisi.
Sebagai solusinya, sebaiknya pengemudi meletakkan kaki kiri di footrest saat tidak sedang mengoperasikan kopling. Dengan begitu, selain menghindari kerusakan komponen, kenyamanan dan kontrol saat berkendara juga lebih optimal.
3. Menyandarkan Tangan di Tuas Persneling
Selain kaki, kebiasaan yang sering dilakukan tanpa disadari adalah menyandarkan tangan di tuas persneling. Banyak orang menganggap ini hal sepele, padahal bisa berdampak pada sistem transmisi kendaraan.
Menurut para ahli mekanik, menaruh tangan di tuas persneling sebenarnya tidak langsung menyebabkan kerusakan, asalkan tidak memberikan tekanan berlebih.
Namun, masalah muncul ketika pengemudi tanpa sadar menekan atau menggerakkan tuas seolah ingin mengganti gigi tanpa menginjak kopling.
Hal ini dapat membuat komponen dalam transmisi, seperti synchronizer dan gear selector, mengalami keausan lebih cepat.
Bahkan, jika perpindahan gigi dilakukan secara paksa tanpa kopling, risiko kerusakan semakin besar, karena gigi transmisi bisa patah atau aus sebelum waktunya.
Untuk menghindari masalah ini, sebaiknya tangan tidak terus-menerus bersandar di tuas persneling. Gunakan tangan hanya saat memang benar-benar akan mengganti gigi, dan pastikan pedal kopling diinjak dengan benar sebelum melakukan perpindahan gigi.
4. Memindahkan Gigi Mundur Saat Mobil Masih Bergerak Maju
Gigi mundur pada mobil umumnya digunakan saat parkir atau manuver tertentu. Namun, ada kesalahan yang cukup sering dilakukan, yaitu mengoper tuas ke posisi mundur (R) sebelum kendaraan benar-benar berhenti.
Ketika mobil masih bergerak maju lalu tiba-tiba gigi dipindahkan ke posisi mundur, komponen transmisi bisa mengalami tekanan berlebihan.
Akibatnya, masuknya gigi mundur menjadi sulit, terdengar suara kasar, atau bahkan bisa merusak gigi pembalik yang ada dalam sistem transmisi.
Agar transmisi tetap awet, selalu pastikan kendaraan dalam keadaan benar-benar diam sebelum memindahkan tuas ke gigi mundur. Baik mobil manual maupun otomatis, prinsip ini tetap berlaku untuk menjaga usia pakai sistem transmisi tetap optimal.
5. Menggunakan Gigi Tinggi saat RPM Rendah
Penggunaan gigi transmisi harus disesuaikan dengan putaran mesin atau RPM (Revolutions Per Minute) agar performa kendaraan tetap stabil.
RPM menunjukkan kecepatan putaran mesin dalam satu menit dan biasanya dapat dipantau melalui tachometer di dashboard kendaraan.
Banyak pengemudi berpikir bahwa memindahkan gigi di RPM rendah lebih baik karena dianggap bisa menghemat bahan bakar.
Namun, jika perpindahan gigi tidak sesuai dengan torsi maksimum yang direkomendasikan oleh pabrik, justru konsumsi bahan bakar bisa menjadi boros dan performa mesin menurun.
Jika gigi tinggi digunakan saat RPM masih terlalu rendah, mesin akan bekerja lebih berat untuk menghasilkan tenaga yang dibutuhkan. Akibatnya, akselerasi terasa lambat dan kampas kopling lebih cepat aus karena harus menyesuaikan beban yang tidak ideal.
Untuk menentukan kapan waktu terbaik mengganti gigi, pengemudi bisa mengacu pada spesifikasi kendaraan yang tersedia dalam buku manual. Biasanya, torsi maksimum dan RPM optimal akan dicantumkan dalam satuan newton meter (Nm) atau feet-pounds.
Dengan memahami hal ini, pengemudi bisa menjaga efisiensi bahan bakar sekaligus memperpanjang usia mesin dan komponen transmisi.
Sebagai penutup, memahami cara kerja transmisi manual dengan benar dapat membantu menjaga performa mobil tetap optimal serta mencegah kerusakan pada komponen pentingnya.