JAKARTA - Menjelang bergantinya kalender, banyak generasi muda mulai menata ulang berbagai aspek kehidupan, termasuk cara mereka memperlakukan uang.
Awal tahun kini tidak lagi sekadar identik dengan resolusi pribadi, tetapi juga menjadi momentum refleksi finansial setelah setahun penuh menghadapi dinamika kebutuhan dan pengeluaran.
Di tengah kondisi ekonomi yang bergerak cepat dan pola konsumsi yang semakin beragam, pengelolaan keuangan pribadi menjadi perhatian penting bagi anak muda.
Tidak sedikit yang mulai menyadari bahwa tanpa perencanaan yang tertata, pendapatan yang ada akan sulit memberikan rasa aman maupun keberlanjutan finansial di masa depan.
Berbagai survei menunjukkan bahwa niat menabung di kalangan generasi muda sebenarnya cukup tinggi, namun praktiknya masih menemui banyak kendala.
Kebutuhan mendadak, gaya hidup konsumtif, serta minimnya kebiasaan mencatat keuangan membuat perencanaan finansial sering kali tidak berjalan konsisten.
Kondisi inilah yang kemudian mendorong banyak pihak untuk mengajak generasi muda menjadikan awal tahun sebagai titik balik dalam membangun kebiasaan finansial yang lebih sehat dan terarah.
Awal Tahun Jadi Momentum Refleksi Finansial
Laporan Kompas Research tahun lalu mencatat hampir 70 persen responden mengaku kesulitan menabung secara konsisten.
Sementara itu, survei Populix menunjukkan meskipun Gen Z dan milenial telah memiliki niat menabung hingga 77 persen, jumlah dana yang disisihkan kerap tidak stabil akibat kebutuhan mendadak dan pengeluaran konsumtif.
Data tersebut mencerminkan adanya kesenjangan antara niat dan realisasi dalam pengelolaan keuangan. Banyak generasi muda yang memiliki kesadaran finansial, namun belum diimbangi dengan kebiasaan dan sistem yang mendukung.
Co-Founder Finku Reinaldo Tendean, dikutip dari rilis pers Senin, menilai awal tahun menjadi waktu yang tepat untuk meninjau ulang kebiasaan finansial yang telah dijalani sepanjang tahun sebelumnya.
Momentum ini juga dapat dimanfaatkan untuk menyusun rencana keuangan yang lebih realistis dan sesuai dengan kondisi masing-masing individu.
“Awal tahun itu waktu yang pas untuk memulai semua dari awal, termasuk soal keuangan. Ini momen yang oke untuk introspeksi diri dan lihat lagi selama setahun ke belakang, sebenarnya uang kita lari ke mana, kategori apa yang paling bikin boros, dan kebiasaan apa yang perlu kita perbaiki di tahun depan. Istilahnya, new year, new me, lah,” ujarnya.
Tantangan Menabung di Tengah Gaya Hidup
Menurut Reinaldo, refleksi terhadap alokasi pengeluaran menjadi langkah awal yang krusial. Dengan memahami pos pengeluaran yang paling banyak menyerap anggaran, individu dapat mengidentifikasi kebiasaan yang perlu diperbaiki agar kondisi keuangan menjadi lebih sehat dan berkelanjutan.
Gaya hidup modern dengan kemudahan akses belanja, promo digital, serta tren konsumsi yang cepat berubah sering kali membuat generasi muda sulit mengontrol pengeluaran. Tanpa pencatatan yang jelas, banyak pengeluaran kecil yang tidak terasa namun berdampak besar dalam akumulasi bulanan.
Kondisi ini diperparah oleh minimnya kebiasaan membuat anggaran yang realistis. Banyak anak muda menetapkan target menabung, namun tidak disertai perhitungan kebutuhan rutin maupun dana darurat. Akibatnya, rencana keuangan kerap berantakan ketika muncul kebutuhan tak terduga.
Di sinilah pentingnya membangun kesadaran bahwa menabung bukan sekadar menyisihkan sisa uang, melainkan hasil dari perencanaan yang matang dan disiplin dalam menjalankannya.
Peran Teknologi Dalam Pengelolaan Keuangan
Perkembangan teknologi digital turut membawa perubahan dalam cara masyarakat mengelola keuangan. Saat ini, berbagai platform telah menyediakan kemudahan untuk mencatat transaksi, menyusun anggaran, hingga memantau arus kas secara praktis dan terintegrasi.
Salah satunya adalah Finku, aplikasi pengelolaan keuangan pribadi berbasis teknologi kecerdasan buatan yang dapat digunakan secara gratis. Aplikasi ini membantu pengguna mencatat transaksi, memonitor pengeluaran, serta memperoleh gambaran kondisi keuangan secara ringkas dan mudah dipahami.
Finku menyediakan beragam fitur, mulai dari pencatatan pengeluaran secara manual maupun instan, kemampuan memindai struk belanja, hingga mengunggah e-statement mutasi bank untuk pencatatan otomatis. Dengan demikian, pengguna tidak perlu lagi mencatat secara manual yang sering kali terasa merepotkan.
Kemudahan ini diharapkan dapat mendorong konsistensi dalam mencatat keuangan, yang selama ini menjadi salah satu tantangan utama bagi generasi muda.
Kebiasaan Kecil Menuju Finansial Sehat
Selain fitur pencatatan, Finku juga menghadirkan FinGPT, asisten finansial berbasis AI yang dapat membantu pengguna mencatat keuangan melalui percakapan serta memberikan rekomendasi personal sesuai pola konsumsi masing-masing.
Tersedia pula layanan FinExpert, yakni konsultasi keuangan dengan perencana keuangan bersertifikat CFP. Layanan ini memungkinkan pengguna mendapatkan panduan profesional dalam menyusun strategi keuangan yang lebih terarah dan sesuai tujuan jangka panjang.
Reinaldo menyampaikan bahwa di tengah ritme ekonomi yang serba cepat, generasi muda membutuhkan pendekatan yang praktis dan mudah dipahami agar kebiasaan finansial sehat dapat dibangun secara konsisten.
“In this economy yang serba cepat, anak muda Indonesia, tuh, butuh pendekatan praktis untuk mengatur keuangannya. Harapannya, Finku bisa membantu membangun habit keuangan yang sehat dalam mengatur keuangan secara konsisten,” ucap dia.
Ia pun mengajak generasi muda memanfaatkan momentum awal tahun sebagai titik balik finansial. Kebiasaan sederhana seperti mencatat pengeluaran, membuat anggaran yang realistis, serta mulai berinvestasi di awal bulan diyakini dapat memberikan dampak besar dalam jangka panjang, terutama jika didukung oleh teknologi yang tepat.